[Parenting] : 4 Cara Baik Memberikan Konsekuensi

Ayah dan Bunda,


Saya ingin berbagi sedikit pengalaman mengenai pemberina konsekuensi pada Anak.
Sebenarnya, saya sudah pernah mendapatkan gambar ini sekitar 4 bulan yang lalu, namun apa mau dikata, ternyata jiwa menulis dan mengkaji ulang melalui Blog belum didapatkan.

Pastinya ayah bunda tidak ingin salah dalam memberikan konsekuensi pada anak. Jika saya memberikan konsekuensi ini sebagai bahan pembelajaran bagi anak agar mengenal konsep EFEK JERA nantinya. Menurut KBBI, konsekuensi adalah

konsekuensi/kon·se·ku·en·si/ /konsekuénsi/ n 1 akibat (dari suatu perbuatan, pendirian, dan sebagainya); 2 persesuaian dengan yang dahulu

Jadi sudah semakin jelas bahwa konsekuensi adalah akibat yang harus ditanggung apabila anak-anak melakukan sebuah kesalahan.

Menurut Hour Parenting, ada 4 cara yang mudah dan baik dalam memberikan konsekuensi ketika anak melakukan kesalahan, yaitu:

1. Berhubungan dengan kesalahan
Orang tua diharapkan memberikan konsekuensi sesuai dengan kesalahan anak-anak. Pada gambar ini, contoh kesalahan yang dilakukan adalah anak menumpahkan air di sofa yang mengakibatkan sofa basah. Akibat ini yang harus diselesaikan oleh anak-anak. Sofa basah, maka solusinya adalah anak-anak harus mengeringkan sofa.

Sedangkan bila orang tua memberikan konsekuensi (hilangkan kata hukuman, ini terlalu berat dipahami oleh anak-anak. Percayalah...) dengan tidak boleh bermain di luar selama 2 hari atau tidak boleh menonton TV selama 3 hari, hal ini sangat tidak Nyambung. Mungkin saat anak-anak masih belum mengerti konsep berhubungan, maka mereka akan terima saja, namun ketika logika berpikir mereka telah berkembang maka mereka akan memahami apa yang telah dilakukan orang tuanya tidak berhubungan. Sekali lagi berikan konsekuensi sesuai dengan kesalahan yang telah dilakukan anak-anak.


2. Masuk akal
Kemampuan setiap anak berkembang sesuai dengan usianya. Anak berumur 5 tahun dan 10 tahun akan berbeda dalam menyelesaikan konsekuensi atas kesalahan yang dilakukan. Agar dipahami bahwa berikan konsekuensi yang masuk akal sesuai dengan tingkat umurnya, namun tetap latih mereka untuk dapat menyelesaikan dengan tingkatan yang semakin berkembang. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, diharapkan anak-anak semakin terlatih menyelesaikan permasalahan lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya.

Pada kasus ini, jika anak 5 tahun yang mengeringkan sofa maka cukup gunakan kain kering bersih atau tissue untuk mengeringkan sofa. Berikan waktu hingga 10-15 menit bagi anak-anak untuk mencoba mengeringkan. Sementara pada anak 10 tahun, maka ayah bunda dapat memberikan pengering rambut atau setrika dan hingga kering. Intinya, berikan waktu dan tingkat yang masuk akan pada saat memberikan konsekuensi pada anak-anak.


3. Memberikan pengalaman belajar
Konsekuensi yang tepat diberikan pada anak-anak bukanlah tanpa alasan, agar anak-anak mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang diberikan. Anak akan belajar lebih berhati-hati, bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik mungkin.

Tugas Ayah Bunda pun belum selesai disini, pada saat anak kembali mengulangi kesalahan (menumpahkan air di sofa), maka ayah bunda dapat melakukan evaluasi apakah cara pemberian konsekuensi yang telah diberikan ke anak efektif. Respon anak akan segera memahami bahwa anak telah membuat kesalahan dan segera berinisiatif mengeringkan sofa. Tandanya, anak telah memahami konsep bertanggung jawab pada kesalahannya. Pemberian konsekuensi yang tepat dan sesuai sasaran akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan inisiatif anak.


4. Menjaga harga diri anak
Siapa saja dapat membuat kesalahan, apalagi anak-anak yang sedang berkembang. Tentunya anak-anak belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya untuk memahami konsep benar dan salah. Tugas para ayah bunda adalah memberikan support system yang baik, memberikan panduan terbaik bagi anak, dan tidak berkata yang kasar sehingga dapat menjatuhkan mental anak. Poin terakhir, saya sebagai orang tua yang masih newbie pun masih berusaha mengendalikan emosi saya agar tidak terlepas kata-kata yang dapat menyakiti hati anak saya. Terlebih bila anak sudah mulai belajar berargumentasi. Rasanya udah panas duluan :)

Belajarlah untuk memahami perasaan anak, jangan sampai para orang tua menjatuhkan harga diri anak namun juga jangan menyombongkan anak juga.


Gambar versi Hour Parenting-nya:



ATAU




Selamat mencoba dan tetap kendalikan emosi ya, Ayah Bunda.


Cheers,
Mamah Yekti



Referensi:

https://kbbi.web.id/konsekuensi
https://sdlabumblitar.wordpress.com/2016/02/15/good-parenting/



Komentar

Postingan Populer